Hati-hati, Beda Tipis antara Taat dan Sok

Memang tanpa kesengajaan awalnya saya yg mulai. Saya pasang DP BBM gambar tokoh
ulama besar, GusDur. Intinya tentang mempertahankan budaya sendiri dan tdk perlu kearab2an. Saya katakan tidak perlu bukan tidak boleh. Seorang teman wanita di kontak bbm saya berkomentar dg cukup sopan yg intinya kurang
setuju. Saya memaklumi karena imam yg kita ikuti mungkin berbeda sehingga apa yg kita yakini pun berbeda pula. Sempat terjadi diskusi
yg cukup panjang antara kami berdua. Dia menyebut organisasinya hisbuttahrir atau apalah tidak begitu penting saya rasa, dia bagian dari
pengurus organisasi atau hanya simpatisan saya kurang tahu, atau mungkin sekedar ikut2n saya
juga tdk paham. Intinya adalah menyampaikan apa yg menjadi keyakinannya benar dan apa yg
menjadi pemahaman saya perlu diluruskan. Begitu jg sebaliknya saya.

Masalah timbul ketika sama2 merasa benar, yg terjadi justru kita sama2 saling mencari dalil2 untuk membenarkan pendapat masing2. Tentu saja yg namanya dalil semuanya benar. Sampai akhirnya saya cari alasan untuk meninggalkan obrolan.
Kita mau nu, mohamadiyah, hti, persis, atau apapun itu hak asasi, sebagai bangsa indonesia
kita wajib bertoleransi, lha wong sama org yg menganut agama lain saja saya ok ok saja kok.
Meskipun sbg umat islam kita tau dan paham bahwa innadina'indallohil islam, tentu tdk ada salahnya kita mengedepankan toleransi. Mungkin yg perlu diluruskan begini, Islam itu fleksibel.
Tidak saklek, sesuatu yg halal dlm keadaan tertentu bsa jadi haram, dan juga sebaliknya. Gustialloh sing gawe urip be ora saklek kok kita
mahluk kecil ciptaannya mau saklek, terlalu sombong namanya..
Saya belum seberapa mengerti agama, mari bareng2 kita perkaya ilmu untuk mendapat kemewahan dunia, selanjutnya untuk bekal
beribadah menuju kemewahan akhiratt..

#turun dari mimbar sambil
benerin peci yg sedikit miring

Post a Comment

Previous Post Next Post